Promkes RSUD Kapuas tentang Deteksi Dini Kanker Serviks (Leher Rahim) bersama dr. Daniel Liando, Sp.OG, M.Kes
Pada hari Rabu, 13 Februari 2019 Pukul 09.00 WIB, Kegiatan Rutin PKMRS (Promosi Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit), bertempat di Ruang Siaran Radio Granada Tara Indah (100,3 FM) Kab. Kapuas dilaksanakan Penyuluhan / Promosi Kesehatan Rumah Sakit oleh dr. Daniel Liando, Sp.OG, M.Kes (Selaku Dokter Spesialis Kandungan), beserta Tim PKRS dengan Materi Penyuluhan tentang “Deteksi Dini Kanker Serviks (Leher Rahim)”.
dr. Daniel menjelaskan serviks atau leher rahim adalah bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang senggama / vagina dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan alat (speculum).
Di Indonesia masalah penanganan kanker serviks belum maksimal karena terkendala
- Faktor Geografik > 13.000 pulau
- Kurangnya fasilitas sitologi
- Kurangnya fasilitas terapi
- Kurangnya kepatuhan pasien
- Kurangnya pengetahuan pada kelompok perempuan tentang
- gejala kanker serviks.
- Sikap fatalistik terhadap kanker
Kanker Leher Rahim merupakan Penyakit tumor ganas yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui hubungan seksual dan dapat menyebar ke organ-organ lain dan menyebabkan kematian.
Kanker leher Rahim dapat dicegah karena perkembangan virusnya perlahan – lahan mulai dari luka dahulu dimana ibu tidak akan merasakan apa-apa, namun apabila tidak dicegah dan ibu merasakan kesakitan, perdarahan atau komplikasi lainnya, maka sudah sulit untuk diobati dan dapat menyebabkan kematian.
Cara mengetahui leher rahim sehat atau tidak dapat diketahui dari melihat luar fisik ibu saja, namun harus dilakukan pemeriksaan dengan cara melihat leher rahim ibu.
Penyebab kanker serviks / kanker leher rahim disebabkan oleh virus yang bernama virus HPV. Penularannya melalui hubungan seksual.
Faktor resikonya, antara lain :
- Menikah atau melakukan hubungan seksual sebelum usia 17 thn
- Berganti-ganti pasangan seksual atau berhubungan dengan pria yang sering berganti pasangan
- Terpapar Infeksi Menular Seksual (IMS)
- Melahirkan banyak anak
- Perokok baik aktif maupun pasif
- Penurunan daya tahan tubuh
- Mempunyai saudara perempuan atau ibu yang menderita kanker leher rahim
Cara mendeteksi dini kanker leher rahim dengan cara setiap perempuan yang telah melakukan hubungan seksual khususnya yang berumur 30-50 tahun, sebaiknya menjalani deteksi dini kanker leher rahim.
Cara mendeteksi dini kanker leher rahim:
- Test IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) : pemeriksaan leher Rahim dengan mengoleskan asam cuka.
- Tes Pap Smear : pengambilan jaringan pada leher Rahim yang akan dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Perbedaan IVA dan Pap Smear:
- Hasil tes IVA dapat segera diketahui, sedangkan Pap Smear membutuhkan waktu 1-2 minggu
- Biaya pemeriksaan IVA lebih murah dibandingkan dengan Pap Smear.
IVA adalah Inspeksi Visualisasi Dengan Aplikasi Asam Asetat, Non-invasif, Mudah- murah, Pelayanan kesehatan sederhana (bisa di puskesmas), Hasil langsung didapat, dan Sensifitas & spesifitas cukup baik, serta cocok di negara berkembang.
Langkah-Langkah Pemeriksaan Tes IVA, antara lain :
- Sebelum dimulai pemeriksaan, bidan/dokter akan menanyakan data ibu dan memastikan ibu tidak hamil, apabila ibu hamil, lakukan pemeriksaan 6 minggu setelah melahirkan.
- Ibu akan diminta untuk melepas celana dalam dan menggunakan sarung yang tersedia, setelah itu ibu dapat berbaring di tempat tidur dan pemeriksaan akan dimulai.
- Apabila ibu sudah siap, tenang jangan tegang, bernapas seperti biasa, bidan/dokter akan memasukkan speculum kedalam vagina agar leher rahim ibu dapat terlihat.
- Setelah itu leher Rahim ibu akan dibersihkan dan dioleskan asam cuka denganmenggunakan kapas lidi untuk dapat melihat apakah ada perubahan pada leher rahim ibu.
- Setelah selesai, ibu dapat berpakaian kembali. Hasil pemeriksaan dan apa yang harus Ibu lakukan selanjutnya akan diberitahu oleh bidan / dokter.
Apabila IVA negatif, hasil pemeriksaan tidak menunjukkan adanya perubahan atau kelainan pada leher rahim, ibu harap kembali lagi 5 tahun kemudian untuk dilakukan pemeriksaan ulang, atau bila ada keluhan segera ke pelayanan kesehatan walaupun sebelum 5 tahun. Walaupun hasil sekarang tidak menunjukkan adanya masalah, namun masalah dapat muncul kemudian hari, untuk itu penting melakukan pemeriksaan ulang setelah 5 tahun.
Apabila IVA positif, hasil pemeriksaan menunjukkan adanya perubahan pada leher rahim, maka akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan dengan cara krioterapi atau mungkin mengharuskan ibu untuk dirujuk ke rumah sakit. Ibu belum menderita kanker namun apabila tidak diobati segera virus dapat menyebar dan berkembang menjadi kanker.
Hasil Tes IVA Positif dapat diobati dengan proses krioterapi. Prosesnya adalah dengan menggunakan alat krio yang akan ditempelkan pada leher rahim dan membentuk bola es yang akan mencair dan merontokkan bagian yang bermasalah. Rasanya akan sedikit tidak nyaman dan keram seperti saat ibu.
Hal – Hal yang Perlu Diperhatikan Setelah Krioterapi, antara lain :
- Setelah selesai di krio, ibu akan mengalami kram dan mengeluarkan cairan bening (atau sedikit bercampur darah) yang biasanya berlangsung selam kurang lebih 4 minggu.
- Hindari penggunaan atau mengoleskan obat pada vagina, mengangkat barang berat dan juga berhubungan seksual selama 1 bulan.
- 1 bulan, 6 bulan dan 1 tahun setelah dilakukan krioterapi, ibu kembali harus dilakukan pengecekan.
- Apabila setelah di krio, ibu mengalami demam selama lebih dari 2 hari, nyeri pada perut yang amat sangat, perdarahan lebih dari 2 minggu dan lebih banyak dari menstruasi dan adanya gumpalan, ibu segera kembali ke puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan.